Oct 27, 2013

Frightening Dream - An Old House With Full-European Antiques and Family Paintings On Its Living room



Have you ever dreamt the same place twice on your sleep? how does it feel? For me, it's awkwardly strange and mystical. After you open your eyes you will be reminded by the image of things you already dreamt before, and that's really strange. I can say that because i did yesterday - dreaming about the same old house's living room which i ever dreamt before. Not an ordinary living room, but an old antique living room.

As i woke, i subtly recognize that place on my sleepy mind long time ago. It was an old less-spacious house painted in white and decorated with all-European antiques. More importantly, it had a lot of paintings (or perhaps photos) on its wall. I am sure that those were family portraits paintings. Kinda odd to know lot of paintings or portraits hanging on that old house's living room.

The story started as i entered to the house with my sister. I can't remember why we came in. I think we didn't find any exit path to the main street or the other place. I always thought that the house was located in Sarpon - an area near SMP N 10 in my hometown. I couldn't be certain bout that, but i don't know why my mind said so about that location. I entered from the backdoor and i could clearly see the room and the other door on the right side. It was painted in brown and dark glasses if i wasn't mistaken.

Then as i moved deeper and look at those family portraits on the wall, i glance a big well-framed painting on the center top. Suddenly i was paralyzed and collapsed instantly to the floor right after seeing that main painting. In fact, i didn't get the image of that painting but i felt that my whole body couldn't move on the ground. The house owner then appeared. I didn't know exactly how he looked like - i guess he wore glasses.

He told me that it was the painting of an old lady. I supposed that lady was the mistress. He also told me that the painting was too 'powerful' for me. Yeah, it had mystical and supernatural power that made myself collapsed after seeing that painting. Felt like possessed i guess, but still i got my consciousness. Seriously, it was spooky and frightening. As i woke up, i still felt that creepiness.

However, i still find myself curious for the location. Of course, it is because that living room appeared twice on my sleep. I write this thing on my blog to remind me the image of that living room. Perhaps, someday i will figure out that place on the real world. Hope, it will not be frightening as what i dreamt before, and i hope i won't be collapsed on the third time at the end.




Oct 12, 2013

The Weatherman by Gregory Alan Isakov



Don’t judge a book by its cover - Sering istilah tersebut kita temui untuk meyakinkan bahwa jangan menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya. Tidak saja berlaku untuk sebuah buku, namun untuk semua hal, termasuk album terbaru milik Gregory Alan Isakov, The Weatherman. Karena pada akhirnya, sebuah paradoxlah yang saya temukan setelah mendengarkan album The Weatherman tersebut.

Saya memang telah lama tau nama Gregory Alan Isakov di internet, namun baru beberapa bulan belakangan saya mencoba mendengarkan karyanya, dimulai dengan The Weatherman. Pada awalnya saya sempat ragu untuk mencoba mendengarkan The Weatherman - mengingat sampul album yang jauh dari kesan menarik dan bisa dibilang terlalu monoton serta tanpa komposisi letak yang baik (entah apa ini karena selera fotografi saya yang buruk.)

Namun saya tetap mendownload album The Weatherman mengingat pertengahan tahun 2013 serasa sepi akan album baru dari musisi favorit saya. Setidaknya, Gregory Alan Isakov adalah seorang musisi folk, genre yang mampu memuaskan hasrat saya dengan gitar akustiknya. Toh tidak ada salahnya mencoba hal yang baru, siapa tau album tersebut malah jauh lebih bagus dari apa yg saya bayangkan.

Ternyata memang benar, setelah mendengar beberapa kali The Weatherman, saya langsung terhipnotis dengan materinya. Album yang sebelumnya saya pandang sebelah mata kini menjadi salah satu album termenarik yang pernah saya dengarkan di tahun ini. Bisa jadi hal ini karena perasaan hati saya yang mampu terakomodir melalui alunan nada di album tersebut.

Satu kesan yang saya dapatkan setelah mendengarkan album The Weatherman adalah "nostalgia". Yup, sejak lagu pertama "Amsterdam"dinyanyikan, kesan nostalgia yang ditampilkan sangat kental dan terasa. Tentu karena album tersebut direkam di daerah pegunungan Colorado dengan peralatan non-digital yang memberikan kesan nostalgia saat direkam.

Seperti dalam lagu "Living Proof", single dari album The Weatherman. Kesan nostalgia sangat nampak dari awal hingga akhir lagu. Sound musik yang sedikit grainny, nada dengan beberapa kunci minor, ditambah dengan cara menyanyi yang terkesan oldies menjadikan track yang satu ini sangat menawan. Tak terkecuali, video klip dengan latar abandoned amusement park menjadikan kesan nostalgia atau kerinduan akan kenangan indah masa lalu tergambar dengan sangat jelas.

Dalam "St. Valentine", salah satu lagu favorit saya di album ini, nuansa folk dengan sedikit sentuhan bluegrass sangat terasa. Banjo yang sepertinya menjadi instrumen penting di lagu ini serasa melengkapi komposisi musik nan sederhana namun tetap nyaman untuk didengarkan. Di lagu kedua inilah, awal mula saya terkesan dengan album The Weatherman.

Meski ditulis dalam lirik yang sulit dimengerti oleh non-native speaker seperti saya, tapi lirik dalam setiap lagu terangkai dalam kumpulan kata yang menawan. Salah satu contoh yang indah menurut saya "but I'd never say "I love you," dear just to hear you say it back" dalam lagu She Always Takes It Black. To the point tapi tetap mengena. Dengan iringan gitar akustik yang mengalun lembut dan tenang, menjadikan lagu tersebut sebagai penutup yang sangat manis dan menggugah.

Dalam websitenya, Gregory Alan Isakov mengatakan bahwa ide dari The Weatherman itu sendiri adalah tentang peramal cuaca di TV atau radio yang meramalkan cuaca. Bisa dibilang peramal cuaca memberitakan akan masa depan - sebuah keajaiban duniawi yang tidak lagi dipedulikan. Konsep itulah yang akhirnya menginspirasi keseluruhan materi album The Weatherman; bagaimana kita memperhatikan keajaiban-keajaiban kecil yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Sesederhana itu namun sangat menginspirasi, dan tentunya tersampaikan dengan sangat apik di album ini.

Saya pun akhirnya berpikir kembali, ternyata memang banyak hal luar biasa dalam hal-hal kecil dan sederhana. Seandainya kita memperhatikannya, kita akan terkesan dengan apa yang ada dalam hal-hal tersebut. The Weatherman menjadi salah satu contoh nyata dari hal tersebut, bahwa album yang sebelumnya tidak saya pertimbangan untuk didengar, menjadi salah satu album yang paling sering saya dengarkan di tahun ini.


Powered by Blogger.